Tugas & Tanggung jawab Ayah & Ibu Kepada Putra-Putri-nya Dalam islam...
A’uudzu billaahi minasysyaithaanir rajiim , Bismillahirrahma niraahim ! ,
A’uudzu billaahi minasysyaithaanir rajiim , Bismillahirrahma niraahim ! ,
Assalamu’alaikumu Warahmatullaahi Wabarakaatuhu.
Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dansalam semoga terlimpah kepada Rasulullah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-,keluarga dan para sahabatnya. Amma Ba'du
1. Sahabat Anas Ra. Pembantu Rasulullah saw. Yang paling tulus dan setia , menggambarkan , “ saya tidak pernah melihat seseorang yang dapat mencintai anggota keluarga-nya lebih besar dari pada rasulullah. “ ( HR. Bukhari )
2. “ Dan perintahkan kepada keluarga-mu mendirikan shalat dan bersabar -lah kamu dalam mengerjakannya “ ( Ath Thahaa , 20 : 30 ) , Suruhlah anak-anakmu shalat bila berumur tujuh tahun dan gunakan pukulan jika mereka sudah berumur sepuluh tahun ( bila malas ) & pisahkanlah tempat tidur mereka ( putra-putrimu ) (HR.Abu Daud ) , Warisan bagi Allah ‘ Azza wajalla dari hamba-Nya yang beriman ialah putra-nya yang beribadah kepada Allah sesudahnya.(HR.Aththahawi )
3. Abdullah bin Abbas Ra. Menyampaikan bahwa Rasulullah saw. Berkata , “ Sayangi-lah anak-anak-mu dan berilah mereka pendidikkan yang pantas “. ( HR. Ibnu Majah )
4.a. “ Tekunilah anak-anak-mu dan perbaikilah kesopanan mereka.” (HR.Ibnu Majah) ( tekun dalam hal pendidikan moral , akhlaq , Etika sopan santun dll ) ,
b.“ Tidak ada pemberian yang paling utama dari seorang ayah kepada anak-nya , selain ( pemberian ) berupa kesopanan yang baik . “ ( HR. Tirmidzi ) ,
c.Seorang datang kepada Nabi Saw. Dan bertanya : “ Ya Rasulullah , apa hak anak-ku ini ? , Nabi Saw. menjawab , “ memberinya nama yang baik , mendidik adab yang baik ( budi pekerti yang baik ) , dan memberikan kedudukan yang baik (dalam hatimu) (HR. Aththusi ) ,
d. Rasululloh SAW. bersabda , “ Diantara hak anak atas orang tua adalah memperbaiki adabnya dan mem - berinya nama yang baik.” ( Al Hadits)
5. Abu Qulabah menyatakan bahwa Rasulullah pernah bersabda , “ Siapakah yang paling pantas menjadi orang yang diberi pahala ( oleh Allah SWT.) daripada orang-orang yang mengeluarkan hartanya untuk anak-anaknya agar mereka selamat dari pada kemungkinan mengemis/meminta-minta dan menjadi makmur" ( HR.Tirmidzi )
6. Rasulullah saw berkata , “ Engkau akan dipanggil dengan namamu dan nama ayah - mu , Jadi berilah nama-nama yang bagus untuk anak-anak-mu.” (HR.Abu Dawud )
7. Bukanlah dari golongan kami orang yang diperluas rezekinya oleh Allah lalu kikir dalam menafkai keluarga-nya.( HR.Adailami ),(tapi borospun dilarang !)
8. “ Jangan lah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan , Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka . . . . . . , demikian itu yang diperintahkan oleh Tuhan-mu kepada-mu supaya supaya kamu memahami-nya.” ( Al An’aam , 6 : 151 Baca At Taubah , 9 : 28b ) , Wallaahu yarzuqu may yasyaa-u bi ghairi hisaab. ( Al Baqarah , 2 : 212 , QS.9 : 28 >< QS.2 :268 ) (Jika Allah berkehendak bisa tanpa batas ! )
9. “ Bertaqwalah kepada Allah dan berlakulah adil terhadap anak-anak mu ” ( HR. Bukhari & Muslim )
10. Barang siapa mempunyai dua anak perempuan dan diasuh dengan baik maka mereka akan menyebabkan masuk surga.( HR. Al Bukhari ) , “ Barang siapa memelihara ( mengasuh ) tiga anak perempuan atau tiga saudara perempuan wajib baginya masuk surga. “ ( HR.Aththahawi)
11. Cintailah anak-anak dan kasih sayangilah mereka. Bila menjanjikan sesuatu kepada mereka tepatilah. Sesungguhnya yang mereka ketahui hanya kamu-lah yang memberi mereka rezeki. (Aththahawi)
12. Rasululloh SAW. bersabda , “ Mudah – mudahan Allah memberi rahmat kepada orang tua yang menolong anaknyauntuk berbakti kepadanya. , yaini , tidak mendorong \nya untuk melawan sebab perlakuannya yang jahat.” (Al Hadits)
13. Ketahuilah bahwa keramahan itu terpuji . Keramah – tamahan itu merupakan buah dari akhlak yang baik . Kebalikan dari keramah tamahan adalah kata – kata kasar , kotor , kebengisan dan kekejaman. Rasulullah saw berkata kepada Siti ‘ Aisyah , “ Barang siapa yang diberikan kepada nya keramahan , maka telah diberikan bagi-nya kebaikan dunia dan akhirat. Barang siapa yang diharamkan bagi-nya keramahan , maka telah diharamkan bagi-nya kebaikan dunia & akhirat “ ( Al Hadits ) , Diriwayatkan dari Siti Aisyah RA. , “ Sesungguhnya Allah Maha Lemah – Lembut , mencintai kelemah – lembutan dan memberi orang yang lemah – lembut apa yang tidak diberikan kepada orang yang keras dan apa yang tidak diberikan kepada orang lain. “(Al Hadits) , “ Sesungguhnya Allah sangat berbelas kasihan dan suka kasih-sayang , lemah lembut dalam segala hal “ (HR. Bukhari & Muslim) (At Taubah , 9 : 128)
14. “ Adalah sangat cukup membuat seorang menjadi pendosa , bahwa ia meng - hindari apa yang menjadi tanggung - jawab keluarga. ” ( Riyadh Ash-Shalihin , Abu Dawud dll )
15. DLL
ORANG TUA ( AYAH & IBU ) WAJIB HUKUM-NYA
MENJADI SURITAULADAN YANG BAIK BAGI ANAK-ANAKNYA.
MENJADI SURITAULADAN YANG BAIK BAGI ANAK-ANAKNYA.
“ Hai orang-orang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” ( At Tahrim , 66 : 6 )
1. Sesungguhnya pada diri Rasulullah itu ada suri-tauladan yang baik bagi orang yang mengharapkan ( keridaan ) Allah , hari Akhirat dan ia banyak mengingat Allah. (Al Ahza , 33 : 21)
2. Sesungguhnya ada bagi-mu suri-tauladan yang baik pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan-nya , “ ( Al Mumtahanah , 60 : 4)
3. “ Dan demikianlah Kami menjadikan kamu (umat Islam) suatu umat yang berkeseimbangan ( selaras – antara tuntutan rohaniah dan jasmaniah , antara kehidupan didunia dan diakhirat ) agar kamu menjadi ikutan manusia (suritauladan yang baik didalam hidup yang berkesimbangan itu ) dan Rasul menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. " ( Al Baqarah , 2 : 143)
2. Sesungguhnya ada bagi-mu suri-tauladan yang baik pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan-nya , “ ( Al Mumtahanah , 60 : 4)
3. “ Dan demikianlah Kami menjadikan kamu (umat Islam) suatu umat yang berkeseimbangan ( selaras – antara tuntutan rohaniah dan jasmaniah , antara kehidupan didunia dan diakhirat ) agar kamu menjadi ikutan manusia (suritauladan yang baik didalam hidup yang berkesimbangan itu ) dan Rasul menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. " ( Al Baqarah , 2 : 143)
4. “ Barang siapa memberi suri-tauladan didalam islam dengan suri-tauladan yang baik , maka baginya memperoleh pahalanya dan pahala orang yang mengerja -kannya dengan tanpa mengurangi sedikitpun dari pahala mereka. Dan barang siapa memberi suri-tauladan didalam islam dengan suritauladan yang buruk , maka ada baginya memperoleh dosanya & dosa orang yg mengerjakannya dengan tanpa mengurangi sedikitpun dari dosa-dosa mereka. “ ( HR. Muslim & Nasai.)
5. “ Barang siapa mengadakan kebiasaan yang baik lalu kebiasaannya itu ditiru , maka dia mendapatkan pahalanya dan pahala orang – orang yang mengikutinya , tanpa dikurangi sedikitpun dari pahala – pahala mereka , dan barang siapa meng - adakan kebiasaan yang buruk lalu kebiasaan itu ditiru , maka dia menanggung dosanya dan dosa orang – orang yang mengikutinya tanpa dikurangi sedikitpun dari dosa – dosa mereka .” ( Al Hadits , Al Musnad disebutkan dari Hudzaifah )
6. “ Nasehat yang terbaik bagi anak-anak kita adalah : contoh (Suri-tauladan baik kita ) dan ajakan berbuat kebaikan dalam kasih sayang. “
7. Wahai para Isri jadilah suritauladan yang baik bagi anak-anak putrimu , dengan menjadi istri sesuai ketentuan yang telah diatur oleh hukum – hukum Allah SWT. ( Al Qur’an ) dan Sunnah Rasul-Nya , kalau sdri bisa menjadi istri yang baik sesuai ketentuan Hukum Allah SWT. dan sunnah rasul-Nya ( Al Hadits ) , Insyaallah , anak – anak putrimu pun kelak akan dapat menjadi istri-istri yang baik bagi para mantu-mantu lelaki-mu , jadilah mantu yang baik bagi kedua orang tua suami-mu , maka insyaallah kelak mantu-mantu-mu pun akan berbuat baik kepada-mu. Demikian hendaknya engkau wahai para suami , jadilah suri tauladan yang baik bagi anak-anak lelaki-mu dengan menjadi suami yang baik bagi istri-mu sesuai ketentuan hukum Allah SWT. yang berlaku, Insyaallah , kelak dikemudian hari anak – anak lelaki-mu-pun akan bisa menjadi suami yang baik bagi para istri – istrinya. Wahai para suami dan Istri ingat lah selalu akan hukum sebab – akibat , apa yang ditanam , itu juga yang akan dipetik. Berlaku dan bersikaplah yang baik kepada kedua orang tua kandung ataupun mertua , maka insyaallah anak-anak mu dan para mantumu - pun akan bersikap baik kepada-mu. Buah jatuhnya tidak akan pernah jauh dari pohonnya , sekiranya Allah tidak berkehendak lain.
8. Dll.
Catatan :
Ayah dan Ibu Wajib menjadi suri-tauladan yang baik bagi anak-anak-nya. Suritauladan yang baik ( contoh – contoh perbuatan baik ) adalah Nasehat yang terbaik , dan salah satu Cara yang paling efektif dan efisien dalam mendidik anak -anak , khususnya dalam hal Akhlaq & perbuatan-perbuatan baik , tapi tidak semua orang Tua Muslim mampu melakukan-nya , bagaimana dengan saudara ku ?
Tips Efektif Menjadi Orang Tua Yang Baik.
Tidak semua teori psikologi dapat diterapkan dalam keseharian menjadi orang tua. Menjadi orang tua merupakan salah satu pekerjaan dengan job description yang rumit dan tidak jelas dan diperlukan tanggung jawab yang besar. Untuk menjadi orang tua yang efektif, Anda harus terjun langsung dan belajar dari pengalaman.
Di tangan orang tua, masa depan seorang anak ditentukan. Berbagai hal dimulai dan dibentuk dari keluarga, Mulai dalam hal kepribadian, sosialisasi, pengendalian diri, penyesuaian terhadap sekitar, kemampuan berfikir, dan hal lain yang turut menunjang keberhasilan dan kemandirian seorang anak, termasuk keberhasilan mereka sebagai orang tua nantinya. Tips yang dapat digunakan oleh para orang tua yang keduanya bekerja / salah satu tidak bekerja, agar dapat memanfaatkan waktu yang terbatas dengan anak secara efektif dan efesien, antara lain sebagai berikut :
1. Kenali anak Anda
Setiap anak memiliki karakter yang berbeda. Oleh karena itu cara yang digunakan dalam mendidik dan membimbing mereka harus sesuai dengan karakter anak. Jangan paksa anak untuk menjalani karakter yang bukan miliknya. Kenali pula perasaan anak jika ia sedang mengalami masalah. Hal ini dapat dilakukan dengan berempati pada si anak. Jangan lupa untuk mengenali perkembangan anak sesuai usia.
2. Hargai jika mereka berperilaku baik
Setiap orang tua harus menghargai perilaku baik yang dilakukan anak, dan menghukumnya sesedikit mungkin. Berikan pujian jika si anak berhak mendapatkannya, jangan ditunda. Namun jangan menunggu sampai mereka melakukan hal yang special. Orang tua sebaiknya memberikan sesuatu yang menyenangkan anak secara berkala. Misalnya saja dengan memberikan sesuatu yang disukainya jika ia telah melakukan tugasnya dengan baik. Anak memiliki kecenderungan untuk menarik perhatian orang tua. Pada saat perhatian dan apresiasi orang tua saat anak berbuat baik memuaskan hatinya, sang anak akan terpacu untuk berperilaku baik.
3. Libatkan anak untuk turut berperan serta
Libatkan mereka dalam mengambil keputusan / kegiatan yang diadakan keluarga. Contohnya, libatkan anak dalam tugas sehari-hari (sesuaikan dengan umur mereka), libatkan mereka dalam merencanakan liburan keluarga, dan lain-lain.
4. Dekatkan diri dengan anak
Gunakan setiap waktu yang Anda punya untuk mendekatkan diri pada anak. Contohnya, dalam perjalanan ketika macet, Anda dapat menyempatkan diri untuk bicara lebih banyak. Biasanya anak lebih terbuka dalam situasi yang demikian. Dampingi mereka saat menonton. Tanamkan nilai-nilai baik dan penting, beritahu mereka nilai-nilai yang buruk dan tidak penting. Berikan waktu khusus berdua dengan anak. Jika Anda memiliki lebih dari satu anak, maka sediakan waktu secara bergiliran. Jangan lupa gunakan waktu keluarga secara maksimal.
5. Tegakkan disiplin
Jangan mendiamkan anak jika ia melakukan perbuatan yang salah / tidak baik. Disiplin sangat penting untuk diterapkan karena anak harus tahu mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Cara menegakan disiplin yang disarankan adalah time out dan grounded. Time out adalah suatu langkah mendiamkan anak, dan tidak memberi reaksi apa-apa pada anak. Tindakan ini diberikan atas respon dari orang tua atas perilaku anak yang tidak diinginkan. Bisa dilakukan dengan cara orang tua keluar ruangan, anak berada di dalam ruangan, atau anak dijauhkan dari aktivitasnya. Sedangkan grounded adalah suatu sikap di mana si anak diharuskan untuk menyelesaikan satu tugas agar bisa mendapatkan keinginannya. Pendisiplinan ini harus dilakukan secara konsisten dan harus selalu didasarkan pada perilaku anak. Jika anak melakukan hal buruk yang serupa, maka teknik pendisiplinan yang sama harus diterapkan. Namun sebaiknya orang tua tidak langsung memberikan sanksi jika anak baru pertama kali melakukan perilaku yang tidak baik, dan belum pernah diberitahu sebelumnya bahwa itu perilaku yang buruk. Teknik pendisiplinan yang sama harus diterapkan pula oleh orang-orang di rumah saat orang tua tidak ada.
6. Menjadi panutan bagi anak
Anak meniru setiap yang dilakukan orang lain, terutama orang tuanya. Anak belajar cara bereaksi terhadap berbagai hal melalui pengamatannya pada perilaku orang tua. Oleh karena itu, Anda sebagai orang tua harus dapat menjadi contoh yang baik bagi anak.
7. Katakan Anda menyayangi mereka
Kasih sayang harus diungkapkan dalam setiap tindakan, baik dengan cara pelukan/ciuman, belaian, pernyataan langsung, maupun tulisan, seperti “mama/papa sayang kamu”. Saat Anda melakukan hal-hal tersebut, sebaiknya Anda mengadakan kontak langsung dengan cara melihat ke matanya. Dan jika Anda ingin memberi perintah, lakukan dengan spesifik, agar anak mengerti apa yang harus dilakukan. Kebanyakan orang tua memberi perintah yang terlalu umum, sehingga anak bingung. Hindari membentak, berteriak, atau berceramah panjang lebar kepada anak.
8. Selesaikan masalah saat kepala sudah dingin
Masalah lebih baik tidak diselesaikan saat marah. Hal yang demikian jika dilakukan justru akan memperburuk keadaan. Marah membuat kontrol diri Anda rendah, sehingga sangat mungkin hal-hal yang tidak ingin diikuti oleh anak ditiru. Apalagi jika Anda mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan dan membekas. Tenangkan diri Anda terlebih dahulu.
9.DLL.
KEBIASAAN - KEBIASAAN BURUK ORANG TUA (AYAH/IBU) YANG MENGHASILKAN PERILAKU BURUK PADA ANAK , APA AKIBAT-NYA , DAN BAGAIMANA SOLUSI NYA UNTUK MEMPERBAIKI KEBIASAAN YANG BURUK ITU !
Bapak dan ibu yang baik, pernahkah anda mengalami salah satu atau beberapa hal dibawah ini :
1.Apakah anda mulai merasa kesulitan mengendalikan perilaku anak anda ?
2.Apakah anda dan pasangan anda sering tidak sepaham dalam mendidik anak-anak ?
3.Apakah anak anda selalu merengek dan memaksa dibelikan sesuatu setiap kali diajak untuk pergi dan belanja ?
4.Apakah anak-anak anda sering bertengkar di rumah dan satu sama lain tidak mau mengalah ?
5.Apakah anak-anak anda selalu saling mengganggu ?
6.Apakah anda mengalami kesulitan karena anak anda selalu bermain di rumah dan sulit untuk mengerjakan hal-hal lain ?
Jika anda mengatakan “Ya!” untuk salah satu atau beberapa gejala ini, maka anda adalah orang yang tepat untuk membaca artikel ini.
Berikut akan disajikan beberapa kebiasaan orang tua, yang mungkin tidak kita sadari ternyata telah membentuk karakter yang negative sehingga kita sebagai orang tua kesulitan dalm mendidik anak-anak kita yang perilakunya tidak bisa diatur, yang akan disampaikan secara berseri.
Kebiasaan 1 :
Raja yang tak pernah salah.
Sewaktu anak kita masih kecil dan belajar jalan, tidak jarang tanpa sengaja menabrak kursi/meja. Lalu menangis. Umumnya yang dilakukan orang tua agar tangisan anak berhenti adalah dengan memukul kursi/meja, sambil mengatakan, “Siapa yang nakal ya? Ini sudah Papa/Mama pukul kursi/mejanya…sudah cup…cup…diem ya…” Akhirnya si anak pun terdiam.
Apa akibatnya?
Ketika proses pemukulan terhadap benda yang mereka tabrak terjadi, sebenarnya kita telah mengajarkan kepada anak bahwa ia tidak pernah bersalah. Yang salah orang/benda lain. Pemikiran ini akan terus terbawa hingga ia dewasa. Akibatnya setiap ia mengalami peristiwa dan terjadi kekeliruan, maka yang keliru atau salah adalah oranglain, dan dirinya selalu benar, sehingga yang pantas di hukum adalah orang lain yang tidak melakukan kesalahan.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Yaitu mengajari ia untuk bertanggung jawab atas apa yang terjadi; katakanlah padanya (sambil mengusap bagian yang menurutnya terasa sakit) :“Sayang, kamu terbentur ya. Sakit ya? Lain kali hati-hati ya, jalannya pelan-pelan saja dulu, supaya tidak membentur lagi.
Allah berfirman di dalam alQur’an :
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka. Sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah menjadi bangkai? Maka, tentulah kamu merasa jijik. Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” QS Al Hujuraat:12
Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang mencari-cari keburukan saudaranya maka Allah pasti mencari-cari kesalahannya dan barangsiapa yang mencari-cari keburukan saudaranya nescaya Allah akan membuka keaibannya sekalipun -keaiban itu- di dalam rumahnya sendiri.” (Hadits riwayat: at-Tirmidhi dan Ibnu Hibban)
Dan peringatan Allah swt didalam alQur’an itu adalah :
“Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat.” (Surah an-Nuur: 19)
“Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat.” (Surah an-Nuur: 19)
Kebiasaan 2 :
Berbohong kecil dan sering
Pada saat kita terburu-buru pergi bekerja, anak kita meminta ikut. Apa yang kita lakukan? Apakah kita menjelaskannya dengan kalimat yang jujur? Atau kita lebih memilih berbohong dengan mengalihkan perhatian si kecil ke tempat lain, setelah itu kita buru-buru pergi? Atau kita mengatakan, “Papa hanya sebentar kok, hanya ke depan saja ya, sebentaaar saja ya, sayang.” Tapi ternyata, kita pulang malam.
Apa akibatnya?
Dari contoh diatas, jika kita berbohong ringan/bohong kecil, dapat mengakibatkan anak tidak percaya lagi dengan kita sebagai orang tua. Mereka tidak bisa membedakan pernyataan kita yang bisa dipercaya atau tidak, sehingga anak menganggap semua yang diucapkan orang tuanya adalah bohong dan mulai tidak menuruti segala perkataan kita. Awalnya, anak-anak kita adalah anak yang selalu mendengarkan kata-kata orang tuanya, karena mereka sepenuhnya percaya pada orang tuanya. Namun setelah anak beranjak besar mereka mulai tidak menurut. Tanpa sadar kita sebagai orang tua setiap hari sering membohongi anak untuk menghindari keinginannya.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Berkatalah jujur kepada anak. Ungkapkan dengan penuh kasih dan pengertian : Sayang, Papa mau pergi bekerja. Kamu tidak bisa ikut. Tapi kalo papa libur dan pergi ke kebun binatang, kamu bisa ikut. Hal ini memang membutuhkan waktu lebih untuk memberi pengertian kepada anak karena biasanya mereka menangis karena ia belum memahami keadaan mengapa orang tuanya harus selalu pergi di pagi hari. Kita perlu sabar dan beri pengertian kepada mereka secara terus menerus. Pastikan kita selalu jujur dalam mengatakan sesuatu.
Hal Berkata Berbohong.
a.Tidak ada akhlaq yang paling dibenci Rasulullah saw. Yang lebih dari pada bohong. ( HR. Ahmad , Al Atsar = Hadist sahabat HR. Ibnu Hiban )
b. “ Barang siapa yang berkata kepada anak kecil , mari kemari, saya beri ini , Kemudian tidak memberi , maka itu bohong.” ( HR. Ahmad )
c.Dihati mereka ada penyakit. Allah SWT. menambah penyakit-nya . Mereka mendapat azap yang pedih ( berat ) karena mereka ber-dusta ( berbohong ) ( Al Baqarah , 2 : 10 )
d.“ Terkutuklah orang-orang pembohong , ( yaitu ) orang-orang yang ( hanyut) dalam kelalaian dan kebodohan ” . ( Adz Dzaariyaat , 51 : 10 –11 )
e.“ Celakalah bagi orang yang berbicara supaya orang tertawa , maka berkata bohong-lah ia , Sungguh celakalah baginya , Sungguh celaka-lah baginya.” ( HR. Turmudzi )
f. “ Ada tiga perkara , barang siapa berada dalam perkara tsb , maka dia akan munafik , sekalipun dia berpuasa , sembahyang , sudah haji dan umrah , bahkan mengatakan Sesungguhnya aku orang islam . Orang tsb. yaitu : (1) Apabila ia berbicara ia berdusta , (2) apabila berjanji mungkir , dan (3) apabila diberi amanat berhianat. ” ( H.R. Muslim HR. Bukhari ) , “ Dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia adalah orang-orang fasik.” ( Al Maa-idah , 5 : 49 ) , “ Sesungguhnya orang-orang munafik itu merekalah orang yang fasik.” ( At Taubah , 9 : 67 – 70 > < At Taubah , 9 : 71 – 72 , ) , “ Tidakkah mereka tahu sesungguhnya Allah mengetahui rahasia dan bisikkan mereka. Sesungguhnya Allah amat mengetahui segala yang ghaib. “ ( At taubah , 9 : 78 ) = “ Bukankah Allah lebih mengetahui apa-apa yang didalam dada manusia ? , Dan sungguh Allah mengetahui orang-orang yang beriman dan sungguh Dia mengetahui orang-orang yang munafik.” ( Al’Ankabuut , 29 : 10 – 11 ) ( QS. 57 : 13 – 15 , QS.4 : 145 – 147 , QS. 48 : 6 ) , ( At Taubah , 9 : 73 – 85 )
g.Dll.
Kebiasaan 3 :
Banyak mengancam
Pada saat kita melihat si Kakak sedang menggangu adiknya, kita sering mengatakan dengan berteriak dari tempat duduk kita, “Jangan ganggu adik, nanti papa/mama marah!”
Apa akibatnya?
Dari sisi anak pernyataan yang sifatnya melarang dan dilakukan dengan cara berteriak tanpa kita beranjak dari tempat duduk atau tanpa menghentikan aktifitas kita, bagi mereka itu sudah merupakan suatu ancaman. Terlebih ada kalimat tambahan “…nanti papa/mama marah.”
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Kita tidak perlu berteriak-teriak seperti itu. Cukup dekati si anak. Tatap matanya dengan lembut, namun perlihatkan bahwa ekspresi kita tidak senang dengan tindakan mereka, dan dipertegas dengan kata-kata, “Sayang, Papa/mama mohon supaya kamu boleh meminjamkan mainan ini kepada adikmu. Bila kamu tidak mau meminjamkannya, Papa/Mama akan menyimpan mainan ini dan kalian berdua tidak bisa bermain. Mainan akan Papa/Mama keluarkan, bila kamu mau meminjamkannya pada adikmu dan Papa/mama akan makin sayang sama kamu.” Tepati pernyataan kita itu dengan tindakan nyata.
Katakanlah : “ Aku tidak meminta kepada-mu sesuatu upahpun atas seruanku kecuali kasih-sayang dalam kekeluargaan. “ ( Asy Syuura , 42 : 23 )
“ Sesungguhnya orang – orang yang beriman dan beramal soleh , Yang Maha Pengasih akan membuat kasih – sayang bagi mereka “ ( Maryam , 19 : 96 )
“ Sungguh berbahagialah orang yang mampu bergaul dengan orang-orang baik dan berilmu , serta memberikan kasih-sayang kepada orang-orang yang hina dan miskin “ ( HR. Bukhari )
“ maka karena rahmat dari Allah , engkau bersikap lemah lembut terhadap mereka , sekiranya engkau berlaku keras dan berhati kasar , tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitar-mu. Maka maafkanlah mereka dan mohonkan ampun bagi mereka , dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam suatu urusan. Maka apabila kamu telah membulatkan tekad bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal.” ( Aali ‘Imraan , 3 : 159 )
“ Dan berilah peringatan kepada kerabat-mu, dan lemah lembutlah terhadap orang-orang yang mengikuti-mu dari orang-orang mukmin.” ( Asy Syu’araa’ , 26 : 214 – 217 )
Kebiasaan 4 :
Bicara tidak tepat sasaran
Pernahkah kita menghardik anak dengan kalimat seperti, “Papa/Mama tidak suka bila kamu begini atau begitu!” atau “Papa/Mama tidak mau melihat kamu berbuat seperti itu lagi!” Namun kita tidak menjelaskan secara rinci dan dengan baik, hal-hal yang kita inginkan.
Apa akibatnya?
Anak tidak mengerti apa yang diingini oleh orang tuanya, sehingga yang terserap oleh anak adalah hal-hal yang tidak disukai oleh orang tuanya, sehingga anak terus mencoba hal yang baru dan dari sekian banyak percobaan yang baru tersebut, ternyata selalu dikatakan salah oleh orang tuanya. Hal ini yang mengakibatkan mereka berbalik untuk dengan sengaja melakukan hal-hal yang tidak disukai orang tuanya dengan tujuan untuk membuat kesal orang tuanya karena tindakannya selalu salah dihadapan orang tuanya.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Sampaikanlah hal-hal yang kita inginkan secara intensif pada saat kita menegur mereka terhadap perilaku atau hal yang tidak kita sukai. Dan pada waktunya, ketika mereka sudah memahami dan melakukan segala hal yang kita inginkan, ucapkanlah terima kasih dengan tulus dan penuh sayang atas segala usahanya untuk berubah.
Kebiasaan 5 :
Menekankan pada hal-hal yang salah.
Kita selaku orang tua sering mengeluhkan perilaku anak-anak kita yang tidak pernah akur dan selalu bertengkar. Apa yang kita lakukan? Melerai atau memarahi semua pihak. Lalu kita ingat-ingat lagi, apa yang kita lakukan bila mereka bermain dengan akur atau tidak bertengkar? Seringkali kita mendiamkan mereka bukan? Tidak menyapa mereka karena beranggapan tidak perlu dan mereka sudah bermain dengan baik dan tidak bertengkar.
Apa akibatnya?
Dengan menganggap tidak perlu itulah yang membuat mereka terpicu untuk kembali bertengkar, karena dengan bertengkar, mereka mendapat perhatian dari orang tuanya. Dengan mendiamkan mereka karena tidak bertengkar, membuat mereka juga tidak tahu bila kita senang dengan kerukunan itu.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Berilah pujian setiap kali mereka bermain dengan asyik dan rukun, setiap kali mereka berbagi di antara mereka dengan kalimat sederhana dan mudah dipahami, misalnya :”Nah, gitu dong kalau main. Yang rukun dan mau saling meminjamkan. Papa/Mama senang dan tambah sayang.” Lalu peluklah mereka sebagai ungkapan senang dan sayang.
Kebiasaan 6 :
Merendahkan diri sendiri
Bila anak anda terlalu asyik bermain play station sehingga mengalahkan jam belajar, apa yang anda lakukan? Mungkin kita sering mengatakan :”Ayo, matikan play station-mu itu. Awas ya, nanti dimarahi sama papa kalo pulang dari kerja.” Kita selalu menggunakan ancaman dengan figur yang ditakuti oleh si anak.
Apa akibatnya?
Dengan menggunakan ancaman, kita tidak sadar telah mengajarkan kepada anak bahwa mereka akan menurut jika mereka ditakut-takuti dahulu.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Siapkan aturan main sebelum kita bicara, setelah siap, dekati anak, tatap matanya, dan katakan dengan nada serius bahwa kita ingin ia berhenti bermain sekarang atau berikan pilihan, misal : “Sayang, Papa/Mama ingin kamu mandi. Kamu mau mandi sekarang atau lima menit lagi? Bila jawabannya, “lima menit lagi pa/ma.” Kita jawab kembali, “Baik, kita sepakat setelah lima menit, kamu mandi ya. Tapi jika tidak berhenti setelah lima menit, dengan terpaksa Papa/Mama simpan hingga lusa.” Setelah persis lima menit, dekati si anak, tatap matanya dan katakan sudah lima menit, tanpa kompromi dan tawar menawar lagi. Jika dia tidak menepati pilihannya, langsung laksanakan konsekuensinya segera.
Kebiasaan 7 :
Papa dan Mama tidak kompak
Seorang ibu meminta anaknya yang menonton televisi terus menerus untuk mengerjakan tugas sekolahnya, tapi pada saat yang bersamaan, si bapak membela si anak dengan mengatakan bahwa tidak masalah bila menonton televisi terus, dengan alasan supaya anaknya tidak stres.
Apa akibatnya?
Anak-anak pada umumnya belum dapat memahami nilai benar dan salah. Mereka lebih cepat menangkap rasa yang menyenangkan dan tidak menyenangkan bagi dirinya, sehingga si anak memberi nilai bahwa ibunya jahat dan bapaknya baik, akibatnya, setiap kali ibunya memberi perintah, ia akan mulai melawan dengan berlindung di balik pembelaan bapaknya. Perlahan tapi pasti, anak akan belajar untuk terus melawan terhadap ibunya. Demikian sebaliknya.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Untuk itu diperlukan peranan orang tua dalam mendidiknya. Peran itu bukan tugas ibu saja atau bapak saja, tapi keduanya. Ketika orang tua tidak kompak dalam mendidik anak-anaknya, maka anak tidak akan pernah menjadi lebih baik. Dihadapan anak, jangan sampai berbeda pendapat untuk hal-hal yang berhubungan langsung dengan persoalan mendidik anak. Apabila ada pandangan yang berbeda dalam mendidik anak, bicarakan hal ini secara pribadi dengan pasangan kita.
Abdullah bin Abbas Ra. Menyampaikan bahwa Rasulullah saw. Berkata , “ Sayangi-lah anak-anak-mu dan berilah mereka pendidikkan yang pantas “. ( HR. Ibnu Majah )
Kebiasaan 8 :
Kebiasaan 8 :
Campur tangan Kakek, Nenek, Tante atau pihak lain
Pada saat kita sebagai orang tua sudah berusaha untuk kompak satu sama lain dalam mendidik anak-anaknya, tiba-tiba ada pihak ke-3, yaitu kakek, nenek, om, tante atau pihak lain di luar keluarga inti, yang muncul dan cenderung membela si anak.
Apa akibatnya?
Bila dalam satu rumah terdapat pihak di luar keluarga inti yang ikut mendidik pada saat orang tua mendidik, anak akan cenderung berlindung di balik orang yang membelanya, anak juga cenderung melawan orang tuanya.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Pastikan dan yakinkan kepada siapa pun yang tinggal di rumah kita untuk memiliki kesepakatan dalam mendidik dan tidak ikut campur pada saat proses pendidikan sedang dilakukan oleh kita sebagai orang tua. Berikan pengertian sedemikian rupa dengan bahasa yang bisa diterima dengan baik oleh para pihak ke-3.
Kebiasaan 9 :
Menakuti anak.
Pada saat anak kita menangis dan kita berusaha untuk menenangkannya, kita sering mengatakan kepada si anak :”Eh, kalo nangis terus nanti disuntik lho …” atau “Kalo kamu nangis terus, Papa/mama panggil pak satpam ya.” Anak akhirnya memang cenderung untuk berhenti menangis atau merengek dan menuruti kita.
Apa akibatnya?
Dengan pernyataan ancaman atau menakut-nakuti, sebenarnya kita telah menanamkan rasa tidak suka atau benci pada institusi atau pihak yang kita sebutkan. Anak akan tidak suka atau takut dengan figur dokter/satpam. Pernyataan mengancam/menakuti akan semakin dipahami anak sebagai kebohongan orang tua seiring perjalanan tumbuh kembang anak.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Berkatalah jujur dan berikan pengertian pada anak seperti kita memberi pengertian kepada orang dewasa karena sesungguhnya anak-anak juga mampu berpikir dewasa. Jika anak minta dibelikan permen katakan padanya akibat yang dapat ditimbulkan pada gigi dari pemanis buatan itu. Jika anak tetap memaksa, katakanlah dengan penuh pengertian dan tataplah matanya, “Kamu boleh menangis, tapi papa/mama tetap tidak akan membelikan permen.” Biarkan anak kita yang memaksa tadi menangis hingga diam dengan sendirinya.
LATIHLAH ANAK BERLAKU JUJUR , DIMULAI DARI DIRI KITA SEBAGAI ORANG TUA KEPADA MEREKA.
Sesungguhnya kejujuran mengantarkan kepada kebaikan, dan kebaikan mengantarkan kepada surga. Sesungguhnya seseorang biasa berlaku jujur hingga ia disebut shiddiq (orang yang senantiasa jujur). Sedang dusta mengantarkan kepada perilaku menyimpang (dzalim) darn perilaku menyimpang mengantarkan kepada neraka. Sesungguhnya seseorang biasa berlaku dusta hingga ia disebut pendusta besar.
Untaian kata-kata diatas adalah hadits yang diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud RadhiyAllohu ‘anhu yang terhimpun dalam Kitab Hadits Bukhari, Muslim dan Tirmidzi. (HR Bukhari dalam shahihnya bab Adab subbab 69, jilid VII, hal 95. HR Muslim dalam shahihnya bab Al-Birr subbab 29, hadits nomor 104, jilid IV hal 2012-2013, dan HR Tirmidzi dalam sunannya bab Al-Birr subbab 46 hadits nomor 1971 jilid IV hal 347)
Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman,bertaqwalah kepada dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang jujur” (QS: At-Taubah: 119). Dalam ayat lain, Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya: “Jikalau mereka jujur kepada Alloh, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka” (QS: Muhammad: 21)
Jujur ialah kesesuaian ucapan dengan hati kecil dan kenyataan objek yang dikatakan (Fathul Baari, jilid X, hal 507).
Jujur ialah kesesuaian ucapan dengan hati kecil dan kenyataan objek yang dikatakan (Fathul Baari, jilid X, hal 507).
Kebiasaan 10 :
Ucapan dan tindakan tidak sesuai
Ada sebagian orang tua yang menetapkan pola asuhnya dengan menggunakan cara memberi penghargaan dengan pujian atau bahkan hadiah untuk kebaikan yang dilakukan oleh anaknya. Contohnya “Jika kamu mau membersihkan tempat tidurmu, maka di akhir pekan papa/mama mengajakmu jalan-jalan”. Dan pada akhir pekan, ternyata kita tidak dapat memenuhi janjinya, sehingga anak kita menjadi marah.
Apa akibatnya?
Anak memiliki ingatan yang tajam terhadap suatu janji, jika kita tidak menepati janji, maka kita tidak dipercaya oleh anak dan selanjutnya, anak mulai tidak mau menuruti yang kita minta.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Jangan pernah mudah mengumbar janji pada anak dengan tujuan untuk merayunya, agar ia mau mengikuti permintaan kita. Pikirlah dahulu sebelum berjanji apakah kita benar-benar bisa memenuhi janji tersebut. Jika ada janji yang tidak bisa terpenuhi segeralah minta maaf, berikan alasan yang jujur dan minta dia untuk menentukan apa yang kita bisa lakukan bersama anak untuk mengganti janji itu.
Cintailah anak-anak dan kasih sayangilah mereka. Bila menjanjikan sesuatu kepada mereka tepatilah. Sesungguhnya yang mereka ketahui hanya kamu-lah yang memberi mereka rezeki. ( Aththahawi )
Kebiasaan 11 :
Bersikap Tidak adil kepada anak2-nya ,
Ada orang tua yang disadari atau tidak mereka memberikan perhatian yang berlebih kepada satu anak dibandingkan yang lain-nya dalma banyak hal,
Apa akibatnya?
Dampak dari hal ini secara tidak langsung kedua orang tua tsb. telah mendidik anak2 nya yang lain kepada hal yang buruk untuk memiliki sifat iri , dengki dan dendam , yang akan menimbulkan kebiasaan anak2 nya sering bertengkar , bahkan bila tidak secepat nya diperbaiki , pertengkaran ini akan terbawa oleh anak2 mereka ketika mereka sudah dewasa.
Apa yang sebaiknya dilakukan ?
Berlaku-lah adil secara proposional , kepada anak yang paling besar , adiknya dan yang terkecil , berikan penjelasan dengan alasan2 yang bisa diterima oleh anak-anak , katakana selalu , mereka semua adalah anak2 anda , dan anda berdua menyayangi mereka semua nya dan tidak membeda bedakan kan dalam hal kasih sayang dan perhatian (tunjukan)
“ Bertaqwalah kepada Allah dan berlakulah adil terhadap anak-anak mu ” ( HR. Bukhari & Muslim )
12. kebiasaan Tidak rapi dalam menata Rumah. (jorok dan berantakan)
Apa akibatnya?
Anak jadi meniru , kamar nya berantakan , buku2 nya berantakan , tidak rapih dan Indah. Tidak perduli dengan kerapihan dan keindahan.
Apa yang sebaiknya dilakukan ?
Dimulai dari Sang Ibu manager RT. , Rumah mu adalah istana mu Bu ! , Buat ia menjadi istana keluarga-mu , istana yang rapih , bersih , indah dan nyaman , dan ajaklah anak menciptakan kerapihan , kebersihan dan keindahan rumah/istana Anda tsb. Bantu anak dengan contoh , bagaimana merapikan kamar2 kamar mereka ,
“Kebersihan adalah sebagian dari iman.” Begitu bunyi mutiara hadist Rasulullah Saw, karena pentingnya kebersihan itu, Islam menempatkannya menjadi bagian dari iman. Karena salah satu ciri-ciri orang beriman adalah adalah ia mampu dan mau menjaga kebersihan, kerapian dan keindahan diri dan lingkungannya. Seseorang yang bersih dan rapi bisa dilihat dari kebersihan diri dan lingkungan tempat di mana ia tinggal dan bekerja. Karena kerapihan dan keindahan lingkungan mencermin diri pribadi seseorang yang beriman. Artinya jangan mengaku-ngaku beriman dulu jika tidak peduli pada kebersihan, kerapian dan keindahan diri dan lingkungan. Dalam hadist Rasulullah yang lainnya beliau bersabda, “sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai yang indah-indah.” Karena Allah itu maha indah, makanya seorang muslim seharusnya memelihara keindahan. Kenapa? Karena keindahan itu akan menghadirkan jiwa yang tenang, damai, tenteram, dan nyaman.
13. DLL.
NB. SEPERTI PEPATAH MENGATAKAN , “ BUAH ITU JATUH NYA TIDAK JAUH DARI POHON-NYA , KWALITAS POHONNYA MENENTUKAN KWALITAS BUAH NYA. BAGAIMANA DENGAN KITA ?
Wassalamu’alaikumu Warahmatullaahi Wabarakaatuhu
1 komentar:
SEPI AMAT INI
Posting Komentar